Jumat, 18 Juni 2010

40 Tahun Berbuat Dosa

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa pada zaman Nabi Musa as, kaum bani Israil pernah
ditimpa musim kemarau panjang, lalu mereka berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata:
"Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan
menurunkan hujan untuk kami!"
Kemudian berdirilah Nabi Musa as bersama kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat
menuju ke tanah lapang. Dalam suatu pendapat dikatakan bahwa jumlah mereka pada waktu
itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.
Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa as mulai berdoa. Diantara isi
doanya itu ialah: "Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami
rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, hewan
ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang
kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas.
Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka
aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi yaitu Muhammad SAW yang akan Engkau
utus untuk Nabi akhir zaman.
Kepada Nabi Musa as Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya: "Aku tidak pernah
merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan
yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan
melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya
ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini! Orang itulah sebagai penyebab
terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya."
Nabi Musa kembali berkata: "Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku juga
lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih
dari tujuh puluh ribu orang?" Allah berfirman: "Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan
Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka!."
Menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah, maka Nabi Musa as segera berdiri dan berseru
kepada kaumnya: "Wahai seorang hamba yang durhaka yang secara terang-terangan
melakukannya bahkan lamanya sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kamu dari rombongan
kami ini, karena kamulah, hujan tidak diturunkan oleh Allah kepada kami semuanya!"

berkata demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di sebalik
bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya sambil berdoa: "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah durhaka kepada-Mu selama lebih empat puluh tahun, walaupun
demikian Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang
kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini."
Beberapa saat selepas itu, kelihatanlah awan yang bergumpalan di langit, seiring dengan itu
hujanpun turun dengan lebatnya bagaikan ditumpahkan dari atas langit.
Melihat keadaan demikian maka Nabi Musa as berkata: "Tuhanku, mengapa Engkau
memberikan hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar
serta mengakui akan dosa yang dilakukannya?"
Allah berfirman: "Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang
dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kamu."
Nabi Musa berkata: "Tuhanku, lihatkanlah kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu yang taat
itu?"
Allah berfirman: "Wahai Musa, dulu ketika dia durhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka
aibnya. Apakah sekarang. Aku akan membuka aibnya itu ketika dia telah taat kepada-Ku?
Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang yang suka mengadu. Apakah
sekarang Aku harus menjadi pengadu?"
(Dikutip dari buku: "1001 Keinsafan "Kisah-kisah Insan Bertaubat. Oleh: Kasmuri Selamat M A)

Kisah Lima Perkara Aneh

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah
berkata, ayahku menceritakan bahawa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima
wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.
Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam
bermimpi diperintahkan yang berbunyi, "Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada
waktu pagi menghala ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang negkau lihat
(hadapi) maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat;
jangan engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau daripadanya."
Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang
pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil
berkata, "Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang
mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia
menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka
Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis



bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.
Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk
emas. Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali
sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba
mangkuk emas itu terkeluar semula. Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali
berturut-turut.
Maka berkatalah Nabi itu, "Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu dia pun meneruskan
perjalanannya tanpa disedari oleh Nabi itu yang mangkuk emas itu terkeluar semula dari tempat
ia ditanam.
Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung helang sedang mengejar
seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah,
tolonglah aku."
Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan
dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung helang itu pun datang
menghampiri Nabi itu sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar
burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."
Nabi itu teringatkan pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, iaitu tidak boleh putuskan
harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat
keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pehanya dan diberikan
kepada helang itu. Setelah mendapat daging itu, helang pun terbang dan burung kecil tadi
dilepaskan dari dalam bajunya.
Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan
satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ kerana tidak tahan
menghidu bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka
kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata,
"Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam
mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku erti semuanya ini."
Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah S.W.T. bahawa, "Yang pertama engkau makan

itu ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukittetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.
Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak
jua. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat
kepadanya. Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi
membantu kepadanya meskipun kau sendiri berhajat. Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah(menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpulmembuat ghibah."

Saudara-saudaraku, kelima-lima kisah ini hendaklah kita semaikan dalam diri kita, sebab
kelima-lima perkara ini sentiasa sahaja berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang

tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengata hal orang, memang menjadi tabiat seseorang
itu suka mengata hal orang lain. Haruslah kita ingat bahawa kata-mengata hal seseorang itu
akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti ada
seorang hamba Allah akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia
bertanya, "Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan
di dunia dulu."
Maka berkata Allah S.W.T., "Ini adalah pahala orang yang mengata-ngata tentang dirimu."
Dengan ini haruslah kita sedar bahawa walaupun apa yang kita kata itu memang benar, tetapi
kata-mengata itu akan merugikan diri kita sendiri. Oleh kerana itu, hendaklah kita jangan
mengata hal orang walaupun ia benar.

Rabu, 09 Juni 2010

Apa sih bedanya antara kebutuhan dan keinginan?


Sebenarnya tidak ada batasan yang pasti untuk menentukan perbedaan antara kebutuhan atau keinginan. Tapi sebagai panduan, seorang guru saya memberi definisi berikut:



Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat mencapai kesejahteraan, sehingga bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan adalah suatu hal yang harus ada, karena tanpa itu hidup kita menjadi tidak sejahtera atau setidaknya kurang sejahtera.

Sedangkan keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas. Namun bila keinginan tidak terpenuhi maka sesungguhnya kesejahteraannya tidak berkurang.

Itu kalau kita lihat dari segi kepuasan atau kesejahteraan seseorang. Tapi yang namanya kesejahteraan dan kepuasan juga sangat relatif bagi setiap orang. Sedangkan saya sendiri berpendapat bahwa untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan, harus dilihat dari segi fungsinya. Sesuatu dikatakan sebagai keinginan kalau sudah merupakan tambahan atas fungsi utamanya.

Contoh sederhana, makan adalah kebutuhan yang tidak terelakan. Bukan cuma manusia, setiap makhluk hidup butuh yang namanya makan. Makan akan memberikan tenaga dan kesehatan bagi manusia, maka makan makanan yang bergizi adalah kebutuhan kita semua.

Makanan memiliki fungsi utama sebagai sumber energi untuk tubuh. Sedangkan memberikan rasa enak adalah fungsi tambahan dari makanan. Maka makanan enak adalah keinginan, bukan kebutuhan. Tapi bukan berarti tidak boleh makan makanan yang enak-enak. Hanya saja kita perlu mempertimbangkan dulu apakah pengeluaran untuk makanan enak itu akan mengorbankan kebutuhan yang lain atau tidak.

Contoh lain. Berpakaian adalah kebutuhan kita agar terlindung dari cuaca. Pakaian juga berfungsi untuk menjaga aurat yang musti kita jaga. Bagi sebagian orang mungkin memang dibutuhkan untuk berpakaian dengan jenis tertentu untuk kepantasannya, seperti memakai dasi atau jas. Tapi apakah perlu memakai pakaian yang bermerk dan mahal? Saya rasa pakaian bermerk dan mahal bukan lagi kebutuhan, tapi keinginan saja.

Manusia Itu Banyak Keinginannya
Aku Ingin Begini Aku Ingin Begitu Ingin Ini Ingin Itu Banyak Sekali semua..Semua..Semua